Minimnya waktu latihan menjadi kendala bagi dewan guru. Mereka masih tetap menjalankan rutinitas mengajar setiap hari. Di sela-sela waktu mengajar, beberapa guru memulai latihan dari gerakan atau pencarian lagu. Tidak jarang pula ada yang keluar pondok untuk mencari beberapa perlengkapan acara. “Kami tetap harus mengajar karena itu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan, acara GTB tidak lebih penting daripada mengajar, itu hanya sampingan saja, maka kami tetap mengutamakan yang wajib dari pada yang sunnah”, tutur perempuan kelahiran kota Malang tersebut.
Dengan bermotokan “Show Your Creativity On Top of The World Full of Fire” GTB tidak hanya berisi hiburan dan pendidikan, melainkan punya misi lain yang ingin disampaikan, yaitu sebagai tolak ukur acara Panggung Gembira siswa akhir yang akan diselenggarakan di semester ke dua. Para dewan guru menunjukan standarisasi setiap acara, mulai dari kepanitiaan, penyusunan program kerja dan anggaran, rundown acara, pembuatan background, sampai persiapan menjelang hari H. “GTB akan menjadi contoh standard acara pentas seni Panggung Gembira, jadi panita PG mulai sekarang sudah mulai merancang dan mengkonsep segala persiapan, dan tentunya dengan pengawalan kami para pembimbing PG”, tutur Ustd. Ara di akhir wawancara. Crd